KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
ucapkan pada Tuhan
Yang Maha Esa,
karena atas kuasa-Nya
telah menciptakan bumi
yang sungguh sempurna
dengan berbagai kehidupan di
dalamnya, terutama atas
ciptaan-Nya yaitu manusia
yang diberikan akal
fikiran yang luar biasa
agar mampu mengembangkan
setiap hal dan
memecahkan banyak hal.
Karya tulis ini
saya susun selain
untuk melengkapi tugas
harian bahasa indonesia,
juga agar kita
dapat mengoreksi kembali
hal-hal apa saja
yang bisa membuat budaya berbahasa
indonesia punah hingga
terganti oleh bahasa
asing.
Karya tulis yang dibuat
dengan melakukan penelitian ini berisi
tentang hal-hal yang
harus kita tinjau
dalam kegiatan berkomunikasi
sehari-hari. Lebih khusus lagi, disini
saya membahas tentang
terancamnya keberadaan bahasa
indonesia sebagai bahasa
pemersatu bangsa. Dengan demikian, saya harap
penelitian saya kali
ini dapat membantu
kita memilah hal-hal
yang baik atau
tidak dalam pengaruh globlisasi.
Medan, Mei 2011
(Hana Fauziyah)
KATA PERSEMBAHAN
Puji syukur
saya ucapkan kepada
Allah swt. Yang telah
mengizinkan saya untuk
menyelesaikan karya ilmiah
ini. Tidak lupa pula
saya sangat berterima
kasih kepada pendamping
sejati saya yukie
yang rela menemani saya
berkeliling mencari informasi
di dunia nyata
maupun di dunia
khayal. Juga bersedia
membuatkan makanan di
tengah malam tatkala
saya lapar saat mebuat karya
ini. Kata paling manis
saya persembahkan untuk
kamu, saranghamnida oppa!
Juga saya
saya sangat berterima kasih
kepada teman-teman seperjuangan, yaitu kawan-kawan
XI unggulan Ipa A yang
saling semangat menyemangati,
bantu membantu, serta
saling memberi inspirasi
saat bersama-sama membuat
karya ilmiah ini.
Juga kepada keluarga
Eottokke Family dan
juga teman-teman sehidup
dan semati Boo Sook Girl, semuanya saya
ucapkan saranghamnida, Kumauwo!
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar 2
Kata
Persembahan 3
Daftar
Isi 4
BAB
I : Pendahuluan 5
1.
Latar
Belakang 5
2.
Rumusan
Masalah 5
3.
Tujuan
Penelitian 6
4.
Manfaat
Penelitian 6
5.
Metode
Penelitian 6
BAB
II : Landasan Teori Dan Konseptual 7
1.
Landasan
Teori 7
2.
Landasan
konseptual 7
BAB
III : Pembahasan 8
1.
Asal
mula Engdonesia 8
2.
ciri-ciri
Engdonesia 10
3.
Alasan
menggunakan bahasa Engdonesia 12
4.
usaha
mengatasi fenomena Engdonesia
13
BAB
IV : Kesimpulan dan Saran
15
1.
Kesimpulan
15
2.
Saran
16
DAFTAR
PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Engdonesia, meskipun
istilah ini jarang
terdengar namun banyak
dari kita menggunakan bahasa
ini. Ironi saat ini ialah banyak
orang bangga menggunakan
bahasa asing, terutama
bahasa Inggris-Amerika. Namun
kebanyakan dari kita
tidak menggunakan bahasa
Inggris tersebut secara
utuh, melainkan hanya
setengah-setengah, kemudian memadukannya
dengan bahasa indonesia.
Inilah yang disebut
dengan bahasa Engdonesia,
yaitu perpaduan antara
bahasa English-Indonesia.
Pada tahun
1928 atau tepatnya
hari lahirnya bahasa
indonesia, pemuda-pemudi indonesia
bertaruh apapun untuk
memperjuangkan bahasa negaranya
sebagai identitas negara,
dan juga agar
bahasa eropa yang
pada saat itu
diwajibkan oleh kolonial
belanda untuk dikuasai
oleh kaum-kaum elite,
tergantikan oleh bahasa
indonesia.
Perbandingan sebuah
perjuangan para pemuda
jaman dahulu dengan
pemuda jaman sekarang
yang dengan mudahnya
menempel-nempel bahasa mereka
dengan bahasa orang
lain sangat memiriskan.
Mungkin itulah salah
satu kelemahan kita
terhadap globalisasi, yaitu
tidak mampu mempertahankan budayanya
sendiri.
Hal ini
dapat kita lihat
dalam realita nyata
saat percakapan sehari-hari,
misalnya dalam satu pertemuan:
“Hai my friends.
Udah lama waiting ya? Sorry aku
telat soalnya di
jalan tadi ada an accident,
so, agak macet
la. It’s okay kan?
Halah, Cuma some
minute kok telatnya.
Okay dear? Jangan
angry-angry lah.”
Kemana perginya
kata-kata dalam KBBI (kamus besar bahasa indonesia)?
Apakah sudah berpindah
ke KBBE (kamus besar bahasa
english)? Melihat fenomena ini
saya semakin tertarik
untuk meneliti kasus
Engdonesia lebih lanjut.
2.
Rumusan
Masalah
Kapan mulanya penyalahgunaan bahasa Inggris ke dalam bahas Indonesia ini mulai tampak dalam komunikasi
sehari-hari?
Bagaimanakah ciri-ciri dan contoh penyalahgunaan bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia?
Apa alasan banyak orang menyalahgunakan bahasa inggris ke dalam
bahasa indonesia?
Sudah berapa banyak
kah usaha pemerintah dalam mengatasi penyalahgunaan bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia ini?
Apakah ada suatu
hal yang dapat
membuat bangsa indonesia
menggunakan bahasanya dengan baik dan benar kembali?
3.
Maksud
dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan :
Mengetahui sejarah kapan
mulai munculnya bahasa
indonesia yang dicampuradukkan dengan bahas inggris.
Mengidentifikasi ciri-ciri
penylahgunaan bahasa inggris ke dalam
bahasa Indonesia.
Mengetahui sejauh mana perubahan
bahasa indonesia saat
ini.
Mengetahui sebab sebab
orang menggunakan menyalahgunakan bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia.
Membandingkan gejala globalisasi
terhadap bahasa asing
di luar negri.
Dan juga
bermaksud memberi bermanfaat
:
Agar menggunakan bahasa
asli indonesia dan tidak
dicampur dengan bahasa asing.
Agar mengharagi usaha
para pemuda indonesia
pada jaman kolonialisme Belanda menjadikan bahasa indonesia
sebagai bahasa resmi.
Melestarikan budaya
berbahasa indonesia dengan
baik dan benar.
Menyelamatkan bahasa indonesia
sebagai bahasa resmi.
4.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian ini, banyak data yang dibutuhkan sebagai
bahan yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang diajukan. Untuk memperoleh
data tersebut, penulis menggunakan 3 (tiga) metode, yaitu:
a.
Library research,
yaitu penelitian di perpustakaan untuk mendapatkan data-data sekunder mengenai
perjuangan dalam kongres pemuda. Bahan-bahan ini digunkanan untuk
membantu penulis dalam mengolah data yang dikumpulkan di lapangan.
b.
Field research,
yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan dengan cara survei
beberapa orang dan mendengarkan
seacra langsung bagaimana
bentuk berkomunikasi menggunakan
bahasa Engdonesia.
c.
Web research,
yaitu dengan menggunakan fasilitas internet dalam mengumpulkan data mengenai
pendapat-pendapat berbagai pihak mengenai isu Engdonesia ini.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUAL
1.
Landasan
Teori
Menurut para
peneliti, istilah-istilah yang
semula asing masuk
ke bahasa Indonesia
itu tidak hanya kebetulan,
atau acak-acakan. Ada
polanya. Dan pola
itu tidak sama
dari zaman ke
zaman. Ada banyak
penyebab mengapa orang
senang menggukanan bahasa
Engdonesia dalam pembicaraan
sehari-hari. Padahal, bahasa
Indonesia yang baik
dan benar merupakan
bahasa Indonesia yang
memiliki Eyd (ejaan
yang disempurnakan) dan
terdapat dalam KBBI (
kamus besar bahasa
Indonesia ). Bahasa gaul
merupakan bahasa yang
digunakan para remaja
dalam berkomunikasi sehari-hari, yang terkadang
tidak teratur dan
pengucapannya menyimpang
dari kaidah berbahasa.
Namun biasanya, para
remaja sengaja menggunakan
bahasa ini agar
dianggap keren maupun
tidak ketinggalan jaman.
2. Landasan Konseptual
Semakin lama
seiring perkembangan jaman,
bahasa kita semakin
terkikis. Penggunaan bahasa asing
menjadi prioritas dan menjadi
salah satu syarat
untuk masuk dalam
dunia kerja, menjadi
salah satu
indikator melemahnya kecintaan penerus bangsa ini terhadap
Bahasa Indonesia. Namun,
konsep tentang “bahasa
internasional” itu perlu.
Kalau tidak, nanti sulit mau
berhubungan dengan bangsa
lain.
.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
ASAL MULA PENYALAHGUNAAN
BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA
Kedudukan bahasa Indonesia
tidak boleh dipandang
sebelah mata. Terutama
dalam kehidupan sosial
bermasyarakat. Hal ini mengingat
bangsa Indonesia terdiri
dari beraneka ragam
suku bangsa, agama,
budaya, dan bahasa. Namun, belakangan
ini penggunaan bahasa
Indonesia di kalangan
masyarakatnya sendiri, khususnya
remaja, kian menyurut.
Di negara lain,
fenomena pudarnya bahasa
lokal yang dilapisi
oleh bahasa asing
juga sudah pernah
terjadi. Jika selama
ini kita mengenal
bahasa Taglish (Tagalog
- English) atau
Singlish (Singapore -
English) masyarakat kita
pun ikut-ikutan latah
yaitu dengan mencampur
adukkan bahasa Indonesia
dengan bahasa English,
atau yang lebih
dikenal dengan bahasa
Engdonesia (English -
Indonesia). Coba anda perhatikan
di sekitar anda,
fenomena
"Engdonesia" kian hari
semakin marak (khususnya di masyarakat
perkotaan) umumnya mereka
menyebutnya sebagai bahasa
gaul.
Bahasa Indonesia, seperti bangsa Indonesia,
ternyata sudah sejak dari dulu merupakan
bahasa campuran. Dalam bahasa
kita, mengalir lancar
istilah Melayu, Jawa,
India, China, Arab,
Portugis, Belanda, Inggris,
dan seterusnya. Sama
sekali ini bukan cela,
noda, atau bencana.
Tapi juga bukan
barang unik, atau
berkah istimewa. Itu
ciri milik semua bahasa dan
bangsa mutakhir.
Di mata para
peneliti, masuknya istilah
yang semula asing
ke tubuh bahasa
Indonesia itu tidak
kebetulan, atau acak-acakan.
Ada polanya. Dan
pola itu tidak
sama dari zaman
ke zaman. Yang
namanya Soempah Pemoeda
1928 lahir dari
sebuah kongres yang
membahas makalah-makalah
berbahasa Belanda yang
ditulis pemuda-pemudi Indonesia.
Di kalangan orang
sekolahan pada generasi
itu, bahasa-bahasa Eropa
perlu dikuasai sebaik-baiknya. Bukan hanya untuk
kepentingan karier pribadi,
tapi juga kepentingan
bangsa dan kemajuan alias
modernitas masyarakat ini.
Lazim sekali cendekia pribumi lulusan sekolah kolonial pada masa itu
menguasai dua atau tiga bahasa Eropa sekaligus.
Tapi, bagaimana pun fasihnya,
bagi mereka bahasa-bahasa Eropa itu merupakan
bahasa asing. Semacam
alat yang bisa dipakai
bila diperlukan, atau dilepas
bila tidak diperlukan. Mereka tetap menggunakan
bahasa-bahasa daerah di
Nusantara, sebagai bahasa ibu.
Di sinilah ironisnya. Berbagai bahasa asing dan
Nusantara berhamburan setiap kali
Presiden Soekarno berpidato. Tapi, dia juga
presiden yang paling galak menentang
politik imperialisme Barat, pimpinan Amerika Serikat. Ia menentang masuknya musik pop
Barat dan memenjarakan
musikus Indonesia yang ikut-ikutan musikus pop barat. Pada masa
Orde Baru, ironi berlanjut,
tetapi secara terbalik.
Sejak revolusi kemerdekaan, dan terlebih-lebih lagi sejak
berjayanya pemerintahan Orde Baru,
terjadi banjir modal
dan budaya pop
dari Barat, khususnya Amerika Serikat. Bukan Cuma Coca-Cola, tetapi juga
slogan dan iklannya.
Bukan Cuma banjir film Holywood,
tapi juga jazz, rock,
pop top 40,
soul, raegge, punk, dan
hiphop. Bertolak belakang dengan semangat
revolusioner pemerintahan sebelumnya, sejak Orde
Baru pemandangan kota-kota Indonesia dipadati istilah Inggris. Kursus bahasa
Inggris versi Amerika
hiruk-pikuk menggantikan serunya pawai partai
di zaman sebelumnya.
Ironisnya, bersamaan dengan semua
itu terjadi kemerosotan yang mencolok pada rata-rata
kemampuan cendekiawan di negeri
itu dalam berbahasa
Inggris secara formal. Yang lebih parah, para pemimpin
nasional Orde Baru
bahkan tampak kerepotan berbicara, apalagi menulis, bahasa Indonesia. Maka tidak aneh,
sepuluh tahun setelah
merasakan enaknya kekuasaan
negara, di tahun 1975
pemerintah Orde Baru
menyediakan modal besar-besaran
untuk program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Hasilnya?
Sampai di akhir
masa kekuasaannya, SoehartoBapak Pembangunan
Indonesia kesusahan berbicara bahasa Indonesia
secara baik dan
benar. Apalagi berbahasa asing!
Bagaimana dengan
bahasa anak-anak gaul Indonesia
di kedua zaman? Para sarjana asing (Ben
Anderson, Krishna Sen, dan
David Hill, misalnya)
mencatat pergeseran yang serupa.
Sebelum bangkitnya Orde Baru, istilah-istilah Inggris berhamburan dalam komik,
karikatur, atau juga grafiti.
Semuanya tampil sebagai bahasa milik bangsa asing yang ditolak
atau digairahi. Hal serupa
masih berlanjut dalam film
nasional Indonesia di zaman
Orde Baru. Dalam film di
masa itu, bahasa Inggris, seperti wajah Indonesia
berperan sama dengan
gambar adegan film
yang diambil di negeri-negeri
bermusim empat. Semuanya
hiasan tempel pemikat
konsumen. Semuanya serba asing
dan tidak menjadi bagian terpadu dari kisah
yang
dituturkan.
Tapi itu pada film.
Ceritanya lain pada bacaan pop. Sejak
berjayanya Orde Baru,
bahasa Inggris menjadi bagian yang tidak
bisa dihindarkan oleh generasi novelis Lupus, majalah Hai, atau Gadis. Apalagi
sejak RCTI mengudara,
dan disusul MTV Asia.
2. CIRI-CIRI PENYALAHGUNAAN
BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA
Bahasa ini mudah
untuk dikenali, mengapa?
Karena ciri utamanya
ialah menggunakan kata-kata
bahasa inggris yang
diselipkan diantara bahasa
ibu kita tercinta.
Sangat banyak contoh komunikasi
bahasa ini mulai
dari penggunaan bahasa
inggris yang hanya
sepuluh persen hingga sembilan puluh
sembilan persen. Kenapa tidak
seratus persen? Karena
jika seratus persen,
bahasa itu dinamakan
bahasa inggris.
Langsung saja
saya sampaikan berikut
contoh komunikasi dalam
bahasa Engdonesia:
“udah hampir last
minute, baru ketauan gue…”
“something like that lah..masa’
loe gak tau sih..”
“sumpe loh! you must be kiding me !!”
Contoh
tersebut sering dipakai
oleh para remaja
yang sok hebat
dalam penguasaan Engslish nya.
Berikut contoh percakapan
biasa yang tanpa
kita sadari juga
merupakan bahasa Engdonesia:
“ ini ost nya
film laskar pelangi ya? bisa download kan di handphone saya gak?”
“tolong
dong service kan
notebook saya. Webcam-nya
gak berfungsi,”
Padahal
kata-kata tersebut memiliki
istilah indonesianya, yaitu:
Ost (original sound track) :
lagu latar download :
unduh
Handphone : ponsel service : perbaiki
Notebook : laptop webcam : kamera
Berikut
ini adalah contoh
bahasa Engdonesia sok gaul
namun salah:
·
Ini cerita
dari teman saya. Pada suatu meeting, pembicaraan makin serius dan makin lama
makin memanas. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berteriak : “ Wah.. gak bisa
seperti ini…. pasti ada sometrong
nih…!!! ”.
Tak ada suara untuk beberapa detik, sampai
akhirnya semua tersadar dan ruang meeting jadi penuh gelak..Ternyata si
Mas ini mau bilang “something wrong”
tapi karena begitu semangatnya, jadi salah ucap.
·
Yang kedua,
suatu sore teman mau meminjamkan dvd-nya. Seperti biasa dvd bajakanlah
Saya :
“udah asli belum?”
Teman :
“pasti virgin donk…”.
Lhoo??!! Penasaran, bingung, aneh, saya pun bertanya
lagi,
Saya :
“maksudnya, original??”
Teman :
“hehe…iya, maksudku itu…” *nyengir
doang, boro-boro malu*
·
Settingnya
hari Minggu di Monas. Untuk dapat menikmati indahnya (dan macetnya) seluruh
penjuru Jakarta, pengunjung perlu naik ke pelataran puncak Tugu Monas melalui
elevator atau lift. Dengan jumlah ratusan pengunjung pada akhir pekan dan hanya
dapat diangkut oleh 1 lift, jelas aja antrinya sangat panjang dan menghabiskan
waktu. Semakin siang beberapa orang sudah gak sabar untuk naik sehingga
terkesan memaksakan diri. Gerutu dan omelan mulai terdengar dari sana-sini.
Tapi yang paling saya tangkap cuma ini: “udah donk pak, jangan maksain, liftnya udah overlap nih…”
Saya
hanya sedikit terkikik,
maksud mas itu pastilah overload.
3. ALASAN BANYAK
ORANG MENYALAHGUNAKAN BAHASA INGGRIS KE
DALAM BAHASA INDONESIA
DALAM KOMUNIKASI SEHARI-HARI
Bukan hal yang aneh kalau
jaman sekarang orang Indonesia bukan blasteran sering menggunakan istilah-istilah Inggris dalam percakapan
sehari-harinya. Alasannya
banyak, berikut akan saya
coba uraikan satu-persatu:
o
Alasan pertama karena sedang ‘belajar bahasa Indonesia’. Dalam hal
ini orang bule atau blasteran
yang baru masuk
Indonesia dan mau
tidak mau dipaksa
berbahasa campuran. Contoh paling menonjol
adalah selebritis ABG, Cinta Laura, dengan aksen
lebay-nya, mengumandangkan: “mana ujyaan, becyegh, gak ada
ojyegh..”. Tidak tahu asli atau dibuat-buat, ada yang
pro dan kontra
dengan ciri khas-nya ini.
o Kategori kedua, bisa jadi agar dianggap “terpelajar” . Rasanya percaya diri saja berbicara
menggunakan bahasa campur aduk. Sebagian
bahasa ilmiah buku
materi belajar juga
menggunakan bahasa Inggris,
jadi bisa dikatakan
berbicara sesuai buku
atau berbicara karena
paham isi buku.
o Kategori ketiga, yaitu
karena mau “gaya
atau gaul”. Banyak
istilah bermunculan dari
amerika yang ‘nyeleneh’ seperti what happen menjadi
what shup, atau love you
menjadi luv u yang menurut
bangsa mereka dianggap
gaul. Namun, entah
mengapa bangsa indonesia
ikut-ikutan gaul versi
Amerika.
o Kategori keempat, yaitu
ingin dianggap ‘modern’. Daripada
dianggap udik yaitu
menggunakan bahasa asli
daerah masing masing
yang, toh juga lebih
sulit dimengerti, mungkin
banyak yang beranggapan
lebih baik menggunakan
bahasa Inggris yang
juga sulit dimengerti
tapi kesannya lebih
modern.
Sebagian juga
berpendapat menggunakan istilah
Inggris bisa meninggikan
derajat. Mengapa? Karena
rasanya puas melihat
ekspresi lucu orang
yang tidak mengerti
ucapan ‘ilmiah’ kita
dan dengan sombongnya
menjelaskan apa maksud
istilah tersebut. Namun sayangnya,
bukan hanya sengaja
agar sulit dimengerti
orang, tapi orang
yang berbicara juga
sering tidak mengerti
apa yang diucapkannya.
Hal ini yang
membuat malu diri
sendiri karena niatnya
ingin ‘ngetawain’ orang,
eh malah ‘diketawain’
orang. Pesan saya jika
ingin gaul menggunakan
bahasa ini pahamilah
benar-benar istilah-istilah
tersebut. Kalau perlu
bawa kamus kemanapun
anda berada.
4.
USAHA-USAHA PEMERINTAH DALAM MENGATASI
PENYALAHGUNAAN BAHASA INGGRIS
KE DALAM BAHASA
INDONESIA
Pada dasarnya terdapat
masalah mendasar disini
bahwa peng-indonesia-an istilah itu
tidak mengikuti suatu kaidah
yang baku. Kalaupun
mengikuti kaidah yang
baku, kaidah-kaidah itu
kurang tepat misalnya: mal = mol? Tidak
jelas apa yang
hendak di capai,
apakah peng-indonesia-an itu
hanya mengejar penyamaan
suara (homofonik) atau
peniadaan konsonan ganda.
.
Masalah kedua, khasanah
istilah bahasa Indonesia
ternyata miskin. Tidak
cukup cepat depdikbud menciptakan
istilah-istilah baru untuk
mengejar semua istilah
yang berasal/berdasarkan
teknologi (download =
mengunduh/unduhan). Pada tahun
1986-1987 Malaysia
menggandeng IBM dan
Microsoft (kalau tidak
salah) untuk membentuk
sistim informasi dan
basis data istilah
istilah Melayu. Tidak
terlupakan tata cara
yang konsisten dan tepat
guna untuk menyerap
atau menterjemahkan istilah
asing.
Karena kekurangan inilah akhirnya warga Indonesia yang sangat kreatif akhirnya menciptakan bahasa sendiri (bahasa gaul, prokem dan tidak lupa bahasa engdonesia itu) untuk memperlancar proses komunikasi yang setiap saat berkembang dengan tabiat-tabiat baru.
Karena kekurangan inilah akhirnya warga Indonesia yang sangat kreatif akhirnya menciptakan bahasa sendiri (bahasa gaul, prokem dan tidak lupa bahasa engdonesia itu) untuk memperlancar proses komunikasi yang setiap saat berkembang dengan tabiat-tabiat baru.
Ironis, bahasa
yang dulu diperjuangkan
oleh pemuda hingga
akhirnya disahkan dalam sumpah
pemuda tahun 1928,
kini kian hari
kian terkikis oleh
bahasa lain. Hal
ini diungkapkan salah seorang
cendekiawan sosial, Ariel
Heryanto dalam salah
satu artikelnya yang
bejudul “Engdonesia” (Kompas : 30
Oktober 2005). Inti dari ungkapan
Ariel adalah maraknya “plesetan”
Bahasa Indonesia yang
menjadi lingua franca
Bangsa Indonesia, menjadi
“bahasa gaul” dengan mengkolaborasikan bahasa
Inggris dengan Bahasa Indonesia,
Bahasa Daerah dan
bahasa -bahasa yang lain.
Melihat adanya
fenomena yang semakin
membudaya tersebut, sebagai
guru Sekolah Dasar hendaknya
tanggap dan turut
mengambil sikap demi mempertahankan keaslian “Bahasa
Indonsesia” ini. Dengan pertimbangan bahwa pendidikan di Sekolah Dasar adalah
salah satu pilar/pondasi pendidikan Bangsa ini, maka penekanan pembelajaran Bahasa Indonesia yang efektif
untuk Sekolah Dasar menjadi
sangat penting sebagai wujud langkah
awal dalam melestarikan
dan menjunjung tinggi Bahasa Indonesia.
Pembelajaran Bahasa
Indonesia yang Efektif di SD
Pemebelajaran adalah
interaksi antara beberapa orang yang saling belajar. Tidak terpaut waktu dan
tempat. Dan dalam pelajaran Bahasa Indonesia (khususnya di Sekolah) sendiri
terdiri dari empat aspek yang berkesinambungan yaitu; membaca, menulis,
mendengar dan berbicara. Keefektifan PBM (Proses Belajar Mengajar) dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat tercapai yaitu dengan menyusun dan
menerapkan rangkaian metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar. Dan
juga menyiapkan media, permaian, dan lain sebagainya yang mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran.
Selain itu yang perlu
ditekankan untuk menunjang pembelajaran Bahasa Indonesia yang baik adalah
dengan penerapan penggunaan Bahasa Indonesia secara kontinu dan terpadu. Hal
ini harus di dukung oleh setiap mata pelajaran dan guru pelajaran yang lain,
bukan hanya saat pelajaran Bahasa Indonesia saja.
Misal, dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa diminta menjawab pertanyaan
dengan menjelaskan (baik tertulis maupun lisan). Dalam hal ini guru dapat
menyelipkan pelajaran Bahasa Indonesia salah satunya yaitu dengan “meluruskan”
kalimat yang diutarakan siswa. Baik mengenai struktur kalimat atau mengenai
ketepatan Bahasa Indonesia yang benar (baku), selain ketepatan jawaban yang
sesuai konteks pertanyaan.
Ada sebuah semboyan, “Bisa
karena terbiasa.” Nah, jika dikaitkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia,
maka untuk membiasakan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
hendaknya dalam setiap PBM—tanpa terkecuali—juga menggunakan pengantar Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Bila perlu tanpa toleransi.
Intinya, selain
menyiapkan rencana pembelajaran dengan berbagai media dan model pembelajaran,
semua guru hendaknya mengupayakan untuk menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia
yang baik diberbagai tempat. Baik saat pembelajaran di kelas maupun saat
berinteraksi diluar kelas. Dengan penerapan ini akan dapat membantu siswa
terhindar dari penyimpangan penggunaan bahasa Indonesia, seperti menjadi
“bahasa gaul” atau “Engdonesian” dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa
Indonesia siswa menjadi lebih baik. Kiranya begitu!
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
KESIMPULAN
Dari
rincian-rincian dan penjelasan-penjelasan yang telah saya paparkan, kita dapat
menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:
a)
Bahasa Indonesia
yang baik dan
benar merupakan bahasa
Indonesia yang memiliki
Eyd (ejaan yang
disempurnakan) dan terdapat
dalam KBBI ( kamus
besar bahasa Indonesia ).
b)
Ciri-ciri penyalahgunaan bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia ialah menggunakan kata-kata
bahasa inggris yang
diselipkan diantara bahasa
Indonesia.
c)
Alasan penyalahgunaan bhasa Indonesia daam
komunikasi sehari-hari adalah karena
sedang belajar bahasa
Indonesia, ingin gaya
atau gaul, ingin
dianggap terpelajar, dan
ingin dianggap modern,
tidak udik atau
kampungan.
d) Dalam menanggulangi istilah-istilah asing
yang masuk ke
bahasa indonesia, depdikbud
tidak terlalu cepat
untuk membuat istilah
Indonesianya.
e) Guru sekolah dasar
dihimbau untuk membiasakan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
hendaknya dalam setiap PBM—tanpa terkecuali—juga menggunakan pengantar Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Bila perlu tanpa toleransi.
2. SARAN
a)
Seharusnya kita lebih menghargai
perjuangan para pejuang
yang bersikeras untuk
membawa bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu.
b)
Sebaiknya tidak
terlalu memikirkan pergaulan
modern dan beranggapan
berbahasa Indonesia itu
tidak modern.
c)
Seharusnya kita
bangga berbahasa indonesia
baik dalam pembicaraan
dalam negri maupun rancah
internasional karena itu
merupakan aset bangsa
yang harus dilestarikan.
d) hendaknya kedepankan dulu bahasa sendiri sebelum masuk
ke bahasa asing.
e)
Depdikdud dapat
lebih cepat dalam
kinerjanya untuk membuat
istilah-istilah Inggris sesuai
perkembangan jaman.
f)
Pemerintah tidak
terlalu mengutamakan bahasa
inggris dalam pembelajaran
siswa, tapi lebih
meningkatkan mutu berbahasa
indonesia yang baik
dan benar.
Demikianlah kesimpulan dan saran-saran yang dapat saya ajukan pada
karya tulis ini, dan terakhir harapan saya semoga karya tulis ini memadai dalam
maksudnya. Seiring dengan peringatan
hari sumpah pemuda
pada 28 oktober
nanti, semoga kita
semua benar-benar dapat menghargai
perjuangan para pejuang
kita terhadap bahasa
kita tercinta.
.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, et. al. 1998. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.
Edisi
III. Jakarta: Balai Pustaka.
0 komentar:
Posting Komentar