Andadinata yang memiliki darah menak Sumedang dan lebih suka menjalani kehidupan
pribadinya secara mandiri tanpa tergantung pada orang lain.
Andadinata dilahirkan dIi didesa Rancabayawak yang berada di wilayah Majalaya
sekitar 30KM tenggara kota Bandung, pada tahun sekitar 1893. Tidak diketahui
tepat tanggal dan bulan kelahirnya.
Semasa hidupnya, sebagian besar dilalui melalui pg sudah barang tentu
harus membekali diri dengan kemampuan beladiri yang mumpuni agar dapat survive.
etualangan ke seluruh antero
Jawa Barat utamanya wilayah Parahiangan. Sebagai petualan
Keahlian ilmu ilmu hikmah dari para ulama, utamanya yaitu dari mama ajengan Syeh
Haji Abdul Kahpi seorang ulama di wilayah Petaruman Tarogong Garut. Ilmu Hikmah
yang didapat diantara lain adalah ilmu Haqmaliyah. Sampai saat ini ilmu
Haqmaliyah masih eksis dilaksanakan oleh anak keturunanya.
Ilmu pencak silat pertama yang dikuasai oleh abah Andadinata adalah Silat jurus
Peksi Muih sebagai warisan dari keluarganya. Yang kelak dikemudian hari inti
dari tata gerak jurus peksi muih menjadi jurus Payung Rasul. Sampai saat ini
jurus silat Peksi Muih masih eksis dan boleh dipelajari oleh warga penghayat
Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat. Semua senior Margaluyu Pusat dipastikan tahu
jurus silat peksi muih. Penyederhanaan tata gerak jurus silat peksi muih dengan
melakukan kompilasi inti tata geraknya dipadukan dengan ilmu hikmah yang ber
lafads Allah Muhammad Adam Rasul, Berkah Allah Sahabat Rasul, maka terciptalah
jurus Payung Rasul.
Pada masa itu ilmu pencak silat yang jurus-jurusnya bermuatan / menyatu dengan
ilmu hikmah masih belum banyak di kenal masyarakat.
Untuk meyakinkan bahwa jurus Payung Rasul benar benar ampuh. Maka disetiap ada
tabeuh gendang pencak, abah Andadinata selalu tampil untuk kaul meramaikan
perhelatan hajat dengan seizin tuan rumah yang melaksanakan hajat. Seringkali
jurus peksi muih atau jurus payung rasul terlihat aneh dimata pemirsa sehingga
menimbulkan rasa penasaran pemirsa untuk sambung rasa dengan abah
Andadinata. Dalam kenyataanya setiap terjadi sambung rasa, rata rata mereka
dapat dijatuhkan dalam satu gerakan,
Ilmu hikmah lainya didapat oleh abah Andadinata awalnya bermula dari seringnya
beliau hadir dalam pengajian ta’lim di tempat Ajengan Asep Samsuddin di kasepuhan
Cirebon. Sewaktu abah Andadinata berpetualang di wilayah kota Cirebon sebagai pedagang telur.
Layaknya seorang pedagang selalu mencari tempat yang ramai. Satu diantaranya
adalah jika disuatu tempat dilaksanakan hajatan atau majelis ta’lim.
Ketertarikan Ajengan Asep Samsudin terhadap sosok Andadinata, karena setiap
ta’lim dilaksanakan beliau selalu hadir dan membiarkan lang daganganya tidak di
tunggu. Dan ketika ta’lim selesai dagangan abah Andadinata selalu laris dibeli
oleh peserta majelis ta’lim.
Sebagai ulama dan ajengan, Mama ajengan Asep Samsudin sudah melihat bahwa
pedagang telur ini memiliki kharomah yang spesifik. Dan akhirnya abah Andadinata
diangkat sebagai murid untuk melestarikan ilmu ilmu hikmah ajengan Asep
Samsudin.
Perkembangan pencak silat semakin berkembang, meski pencak silat masih terbatas
diajarkan kepada keluarga ningrat dan kalangan ulama. Maka atas saran mama
Ajengan Asep Samsudin, Andadinata untuk melanjutkan pembelajaran
melengkapi ilmu pencak silat di ke wilayah Parahiangan barat tepat nya di
wilayah Kadipaten Cianjur. Berbekal referensi dari mama ajengan Asep Samsudin,
abah Andainata datang ke Padepokan silat juragan Rd Haji Ibrahim. Yang dikenal
sebagai pendiri dan pencetus Maenpo Cikalong.
Tidak jelas apakah abah Andadinata dilatih langsung oleh juragan Rd Haji Ibrahim
yang pada tahun 1900an sudah sepuh, atau dilatih oleh seseorang pelatih yang di
tugaskan. Yang jelas dari 10 jurus halusan Margaluyu Pusat sangat kental dengan
pengaruh maenpo Cikalong. yang berbasis pada silat Madi, Kari dan silat asli
Cianjur.
Tokoh Maenpo Cikalong yang usianya relatip lebih muda dari juragan Rd Haji
Ibrahim adalah juragan Rd Haji Abullah yang mewarisi ilmu pencak silat Sabandar.
Sedangkan Silat Sabandar berasal dari Moh Kosim yang konon berasal dari
Pagaruyung Minangkabau Sumatera Barat.
Dari juragan Rd Haji Abdullah, abah Andadinata mewarisi ilmu pencak silat
Sabandar yang tata geraknya sangat halus dan lembut.
Pengaruh silat Bugis dan Madura dalam keilmuan Margaluyu didapat sewaktu abah
Andadinata berpetualang dipesisir pantai utara Cirebon, dimana para keturunan
prajurit Bugis dan Madura yang bergabung dengan Dipati Anom (Amangkurat Amral)
yang menyingkir ke Cirebon untuk meminta suaka dari Sultan Cirebon ketika, Dipati
Anom berseteru dengan ayahnya sendiri Raja Mataram sinuwun ndalem Gusti
Amangkurat I
Kompilasi tata gerak Madi, Kari, Sabandar dan Khaer inilah yang dikemudian hari menjadi
10 jurus wajib Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat ditambah ilmu Hikmah yang
diharkatkan setelah selesai berlatih.
Mengingat tata gerak 10 jurus Margaluyu Pusat boleh dikatakan sangat sederhana,
jurus-jurus tersebut tidak bisa diperagakan dipanggung sewaktu ada tabeuh
gendang pencak. Oleh karena itu atas saran para kerabat bahwa jurus Margaluyu
Pusat harus dilengkapi dengan jurus silat murni yang benar benar merupakan maenpo.
Dengan demikian Margaluyu Pusat dilengkapi dengan Maenpo Selah Eurih, Paleredan
warisan dari juragan Rd. haji Mama Soekarma dan Rd Haji Soma.
Oleh karena itu dalam setiap proses harkatan, ketiga tokoh Rd Haji Ibrahim, Rd
Haji Abdullah dan Rd Haji Soma yang kesemuanya adalah kerabat Cikalong Cianjur
selalu disebut untuk dimohon keikhlasanya serta mohon kepada Allah SWT agar
manfaat ilmu warisanya menjadi amal ibadahnya.
Keilmuan Margaluyu, boleh dikatakan lengkap, karena berintikan ilmu hikmah Sunda
wiwitan yang ditulis tangan oleh abah Andadinata dalam aksara Sunda Wiwitan yang
serupa dengan tulisan pada relief prasasti2 di pulau Jawa, serta aksara
Hanacaraka. Secara otentik buku ini masih ada dalam bentuk aseli dan telah
diperbanyak melalui scanning komputer untuk dipegang oleh semua pelatih yang
sudah mendapat mandat untuk melakukan Harkatan.
Pengaruh silat Cina (Khun Tao) dan Mande dalam keilmuan Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat
diperoleh abah Andadinata sewaktu beliau berpetualang di Cirebon. Dimana silat
Cina, Mande masuk dibawa mbah Khaer.
Adapun pengaruh silat Minang diperoleh dari Mama Sabandar (Moh Kosim). Sedangkan
pengaruh silat Betawi pada keilmuan Margaluyu Pusat karena hasil berguru Maenpo
di Cikalong. Dimana Abang Madi dan Abang Kari adalah guru dari juragan Rd Haji
Ibrahim.
Hal tersebut dikuatkan tokoh Mbah Madi, Mbah Kari dan mbah Sabandar dan mbah
Khaer selalu disebut dalam setiap proses Harkatan sebagai ucapan terma kasih
atas manfaat ilmunya dan memohon agar amal ilmu yang diwariskan dari beliau ini
mendapat imbalan yang tinggi dari Allah SWT.
Kelengkapan keilmuan Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat secara sempurna dikuasai
oleh abah Andadinata ketika umur beliau mencapai sekitar 35 tahun. Tetapi
profesi sebagai pedagang telur keliling tak pernah dilepaskan. Dan kebiasaan
naik panggung ketika ada perhelatan tabeuh gendang pencak untuk kaul kepada yang
punya hajat selalu dilakukan sebagai promosi makanan sehat yakni telur yang
diperdagangkan.
Karena seringnya terjadi sambung rasa, dan dalam setiap sambung rasa abah
Andadinata selalu unggul, maka beliau menjadi terkenal sebagai juara kaul yang
disegani.
Ketenaran abah Andadinata sebagai juara kaul yang tidak punya perguruan, sempat
terdengar oleh seorang guru perguruan silat yang terkenal di kota Bandung
yaitu mang Endi Soehandi yang bertempat tinggal di Gang Singsong tepatnya disekitar
station KA Bandung. Tidaklah sulit mencari sosok Andadinata bagi mang Endi Soehandi.
Pertemuan antara mang Eni Soehandi dengan Abah Andadinata untuk sambung rasa
merupakan peristiwa penting sebagai tonggak sejarah berdirinya Gerak Badan
Pencak Margaluyu Pusat.
Baru pertama kali abah Andadinata bersambung rasa dengan tokoh silat yang
berlevel guru. Bagi mang Endi Soehandi juga baru pertama kali bertemu pendekar
tanpa paguron yang selalu bisa mengunci geraknya dengan halus tanpa melukai
apalagi mencederai. Sebagai ksatria Pendekar, Mang Endi Soehandi menyatakan bahwa
keilmuan Margaluyu Pusat adalah ilmu silat yang lengkap ditambah ilmu hikmah
yang benar2 murni tanpa menggunakan tenaga khodam. Dan beliau memohon kepada
abah Andadinata untuk sudi menerima dirinya sebagai murid.
Permohonan mang Endi Soehandi ditolak oleh Andadinata, tetapi menerimanya sebagai
sahabat latih. Maka mulai saat itu, dinyatakan bahwa dalam pakem keilmuan Margaluyu
tidak dikenal istilah guru, apalagi gelar guru besar. Yang dikenal adalah
sahabat (ikhwan / ahwat) yang sedang berlatih.
Sumbangan yang terbesar dari Mang Endi Soehandi dalam keilmuan Margaluyu Pusat adalah
jurus kasaran yang lebih dikenal dengan jurus 14 dan jurus-jurus peupeuhan.
Dengan demikian semakin lengkaplah jurus jurus Kelimuan Margaluyu Pusat yang
merupakan jurus jurus yang memiliki kharomah.
Dengan masuknya mang Soehandi ke dalam Margaluyu Pusat, kemudian beliau membawa
sahabat-sahabatnya untuk berlatih diantaranya adalah Mang Uwen serta pak
Adiwikarta (Mang Ulis) dan Andi Rohandi. Maka disepakati yang semula keilmuan
Margaluyu belum memiliki nama paguron maka dengan bergabungnya para senior
diatas, secara resmi diberi nama Margaluyu Pusat.
Marga adalah jalan, Luyu = Saluyu atau lancar, Pusat berarti selalu ditengah.
Jadi secara harfiah Margaluyu Pusat diartikan sebagai Selalu berjalan ditengah
agar selalu lancar.
Meski jurus-jurus Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat berbasis pada gerak pencak
silat. Tetapi sesungguhnya adalah ilmu beladiri pernapasan, yang berkharomah
tenaga dalam. Yang mana seni beladiri pernapasan saat itu pada akhir decade
1930an belum banyak dikenal oleh masyarakat. Sehingga sulit di perkenalkan atau
disosialisasikan. Baru pada tahun 1948 didaftarkan pada Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Bandung sebagai Persatuan Pencak Silat Margaluyu Pusat.
catatan sumber:
---------------
ibu Sukaesih Andadinata (istri.
Eceu Titiek putri pertama abah Andadinata)
Kang Ujang Tohidi (Putra bungsu abah Anda dinata)
Eceu Eja (putri ke 2 abah Andadinata)
Mang Soehandi (murid generasi pertama)
Kang Djodjon (putra tiri abah Andadinata)
Djang Suhanda (menantu abah Andinata)
Bapak Wiranu (Cikuya - Cicalengka, Kakak seperguruan maenpo abah Andadinata).
Mang Andi Rohandi (murid generasi pertama).
Idit Junaidi (Cikuya - Cicalengka, pelatih pusat Margaluyu)
Antonius Sulistiyanto (pelatih Margaluyu Pusat Yogyakarta)
Bapak Shaleh (Linggar Rancaekek, Bandung, pelatih Margaluyu di Wates)
Sumo Prawiro (Karangnongko Wates DIY)
Bapak Darmo (kaliurang Sleman, DIY)
Sukabdjo (Beran - Sleman.
Dan Suwaryono (dosen Asti Yogyakarta)
Den Toto (tarekat Haqmaliah, Petaruman Garut.
Ucu Sapri - Perguruan Silat Padjadjaran Cimande- Bogor
Perpustakaan PPSI Bandung, Cianjur Jawa Barat.
Masyarakat Desa Cikuya Cicalengka
0 komentar:
Posting Komentar